Sepeninggal-ku dari kota yang penuh kenangan itu, aku dan semesta menjalani hubungan jarak jauh..
Sudah 2 tahun aku berpacaran dengan semesta. Bertemu? Tunggu libur saja. Kalau tidak ada libur? Matilah aku dan semesta.
Aku dan semesta amat sangat jauh. Kalau ingin bertemu semesta harus naik pesawat dulu. Kalian bayangkan saja kalau sedang rindu seharian, bisa bisa jual telpon seluler hanya untuk bertemu semesta satu hari, kata semesta waktu itu HAHA.
Sehari sebelum keberangkatan-ku, "halo semesta, aku lelah, sudah ya" -kataku
"Maksud-mu sha?" -semesta
"Sudahlah kurasa sampai sini saja kita" -kataku
"Aku tidaj mau. Jangan sha. Aku mencintaimu" -semesta
Rencana-ku berhasil, aku sengaja tidak mau kasih tau semesta, sengaja biar kejutan seperti orang orang.
Senin, 12 Juni 2017
"Aku juga sha. Aku juga merindukan-mu. Jangan pergi lagi" -semesta
Ternyata seperti ini rasanya rindu yang tuntas? Akhirnya kita bertemu. Awal pertemuan yang kamu dan aku buka dengan indah. Dengan izin langit dan bumi kita bertemu kembali di kota yang penuh dengan kenangan "kita". Semoga tetap dan akan selalu indah di setiap bagian pertemuan kita berikut-nya. Dan demi sebuah rindu yang akan bertemu ini, aku rela menunggu-mu tanpa batas waktu.
Semesta, apa kamu tau? Setiap malam-nya aku selalu duduk di bawah langit malam, ditemani secangkir kopi panas yang sama seperti rindu. Ku kira sudah habis, ternyata masih ada.
Sudah 2 tahun aku berpacaran dengan semesta. Bertemu? Tunggu libur saja. Kalau tidak ada libur? Matilah aku dan semesta.
Aku dan semesta amat sangat jauh. Kalau ingin bertemu semesta harus naik pesawat dulu. Kalian bayangkan saja kalau sedang rindu seharian, bisa bisa jual telpon seluler hanya untuk bertemu semesta satu hari, kata semesta waktu itu HAHA.
Sehari sebelum keberangkatan-ku, "halo semesta, aku lelah, sudah ya" -kataku
"Maksud-mu sha?" -semesta
"Sudahlah kurasa sampai sini saja kita" -kataku
"Aku tidaj mau. Jangan sha. Aku mencintaimu" -semesta
Rencana-ku berhasil, aku sengaja tidak mau kasih tau semesta, sengaja biar kejutan seperti orang orang.
Senin, 12 Juni 2017
Hari demi hari sudau terlewati. Dan waktu pertemuan sudah di depan mata. Apa yang indah dari hubungan jarak jauh? Ketika rindu, dan akhirnya bisa dituntaskn dengan pertemuan.
Semesta, kamu tau bagaimana aku di setiap harinya menunggu hari dimana kita akan bertemu? Aku merasa seperti besok akan bertemu si pangeran dengan kuda terbang-nya dan membawa ku pergi. Begitu seterusnya sampai kita bertemu. Gila memang. Tapi itu aku, si Shakila-nya Semesta yang selalu rindu Semesta, dan selalu ingin dekat dengan Semesta.
"Semesta, kamu sekarang dimana?" -kataku via telpon
"Aku baru bangun sha. Ada apa?" -semesta
"Bisa kamu pergi ke lapangan kara? Ada yang ingin aku bicarakan" -kataku
"Kamu dimana sha?!" -semesta kaget
"Cepatlah" -kataku
"Tunggu aku sha" -semesta
>>Beberapa menit kemudian
"Kamu dimana?" -semesta menelpon-ku
"Shakila kekasih Semesta pemilik jagat raya?" -semesta senang. Sebelum aku menjawab pertanyaan-nya, aku sudah lebih dulu ada dibelakang Semesta, sengaja.
Kapan lagi aku lihat senyum indah di pagi hari-nya secara langsung?
"Apa kabar semesta? Aku merindukan-mu" -kataku
"Aku juga sha. Aku juga merindukan-mu. Jangan pergi lagi" -semesta
Ternyata seperti ini rasanya rindu yang tuntas? Akhirnya kita bertemu. Awal pertemuan yang kamu dan aku buka dengan indah. Dengan izin langit dan bumi kita bertemu kembali di kota yang penuh dengan kenangan "kita". Semoga tetap dan akan selalu indah di setiap bagian pertemuan kita berikut-nya. Dan demi sebuah rindu yang akan bertemu ini, aku rela menunggu-mu tanpa batas waktu.
Semesta, apa kamu tau? Setiap malam-nya aku selalu duduk di bawah langit malam, ditemani secangkir kopi panas yang sama seperti rindu. Ku kira sudah habis, ternyata masih ada.
"Kamu dimana? Mari kita buat kenangan lagi. Kamu siap?" -semesta
"Siap dong semesta pemilik jagat raya kekasih sha" -kataku
"Cepat princess" -semesta
Ada ada saja kekasih-ku ini, sesederhana itu cara-nya buat aku merasa istimewa di setiap hari-nya setiap bersama semesta.
"Terimakasih semesta. Ini indah bagi-ku" -kataku
"Kamu suka?" -semesta
"Sangat" -kataku
"Jangan pergi lagi. Aku mencintai-mu sha" -semesta. Sekali lagi dia bilang mencintai-ku. Terdengar tulus. Terdengar penuh permohonan. Terdengar penuh pengharapan. Terdengar banyak kesedihan. Terdengar dia yang sangat mencintai-ku.
"Mari semesta pulang. Kita sudah lama disini" -kataku
Dia mengikuti saja mauku. Dia tidak pernah lupa memakaikan jaket untukku, kata-nya si takut ada angin genit yang masuk ke tubuh-ku.
"Sha, rumah pohon" -semesta sambil menunjuk kearah rumah pohon
"Mari. Sudah lama aku merindukan rumah pohon itu. Dan juga kamu" -kataku menggoda
"Sha mari. Rumah pohon ini sudah banyak jadi saksi untuk semua kisah bukan? Sini duduk" -semesta mempersilahkan duduk dan mulai bercerita
"Kamu ingat sha? Disini pertama kali kamu menangis karna aku, dan saat itu juga pertama kalinya setelah aku kembali dari rumah pohon, aku seperti orang gila yang terus memikirkanmu. Kamu tau? Aku sebut kamu candu-ku sha. Kamu tau? Aku begitu mencintai-mu" -semesta tulus
Semesta..
Banyak ketakutan dari setiap kata yang keluar dari mulut-mu. Entahlah ketakutan jenis apa itu. Tapi semesta, rindu yang kumiliki ini masih dan akan selalu untukmu, tidak ada yang lain.
Kisah kita akan selalu aku ingat, jangan pernah berfikir aku yang melupakan, tidak ada satupun bagian dari kisah kita yang sudah aku lupakan. Semua masih terekam dan ada tepat di otak-ku. Semua masih terputar dengan jelas, bahkan sampai aku menulis ini semua masih ada.
Aku mencintai-mu, selalu. Dari Shakila yang amat sangat menyayangi Semesta.
Comments
Post a Comment