Skip to main content

Rooftop, November 2019



Malam kian larut....
2 pasang kaki muda mudi menaiki satu persatu anak tangga
Menuju tempat paling atas, tempat paling nyaman, tempat dimana tidak ada kegaduhan sedikitpun, dan tempat yang hanya ada Kamu dan Saya.

Dipojok kanan sembari duduk diatas benda yang kulihat seperti meja, ya sepertinya memang meja sih,
Saya berkata seperti ini, "Dari dulu saya ingin duduk di rooftop bersama pacar saya, seperti di drama-drama Korea atau Indonesia, tapi sayangnya saya tidak pernah menemukan rooftop. Tapi malam ini, kamu yang membantu mewujudkan ingin saya. Kamu yang ada disamping saya. Terimakasih"
Lalu dia menatapku dengan tatapan teduhnya, dan dia tersenyum dengan amat sangat manis.
Berlangsung selama beberapa detik.
Dan dinginnya malam membawaku untuk menikmati aroma tubuhnya dan segala macam percakapan kita.



Terimakasih Tuhan yang baik,
Saya ingat pernah meminta "Dia" pada tanggal 09 November 2019, malam hari pukul 18:46 WIB 
Terimakasih Tuhan sudah mengabulkan
Terimakasih Semesta sudah membantu semua pergerakan-pergerakan yang berlangsung selama saya ada di Bumi
Terimakasih lagi untuk Semesta yang sudah membantu menyatukan
Dan terakhir, terimakasih untuk langit indah yang saya lihat di Rooftop Kampus E Gunadarma pada malam Senin tanggal 18 November 2019,
Terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk menjadi saksi percakapan konyol Saya dan Dia pada malam itu.
Dari Saya untuk Kamu.

Comments

  1. Atap yang penuh cuplikan
    Begitu di idam idamkan
    Luluh dengan angin malam
    Sesuatu dengan hal terpaut dari mu

    ReplyDelete
    Replies
    1. love siapapun kamu. aku tidak pernah mendapatkan komen manis seperti ini❤️

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sebuah Usaha untuk Melupakanku?

Saya sedang duduk sembari menyeruput secangkir kopi panas yang baru saja saya buat tadi.. Dan tatapan mata saya tertuju kearah kertas-kertas yang saya harapkan tidak pernah usang dimakan waktu, dimana kertas yang menjadi saksi atas terjadinya sebuah hubungan yang menurutmu 'sakral'. Saya berjalan menuju jendela dekat kamar saya, dengan segelas kopi panas ditangan kanan yang masih terisi setengahnya dan kertas-kertas ditangan kiri.  "Sebuah Usaha Untuk Melupakanku?" Aku menatap nanar keluar jendela. Melirik sepasang kucing yang kehujanan diluar sana.  Hujannya sangat deras. Petirnya amat sangat keras, terdengar sampai ke penjuru kamar saya. Mata saya kembali melirik kertas-kertas itu, sebuah tulisan yang sangat indah yang pernah kamu tuliskan untuk saya. Hari ini, untuk pertama kalinya saya tidak mendapatkan tulisan indah itu. Seketika saya berteriak, suara saya memenuhi seisi ruangan. Tangis saya memecah hujan diluar sana. Mungkin se...

CATATAN PERTAMA TENTANG SI SEMESTA

Aku seorang gadis si penyuka senja, ah tapi itu dulu dan setelah ku tau senja hanya indah diawal, aku jadi tak suka. Senja jahat menurut ku. Ntar di cerita selanjutnya saja akan ku ceritakan bagaimana jahatnya si senja!! :) Namaku Shakila, orang orang terdekatku biasa memanggil ku Kila. Tapi, cuma satu orang saja yang memanggilku dengan sebutan berbeda. Siapa lagi kalau bukan si Semesta, dia memanggilku Sha. Katanya sih itu panggilan sayang, supaya beda dari orang orang. Ada ada saja semesta -kataku. Semesta itu kekasihku. Aku tidak ada panggilan khusus untuk dia. Kalau lagi baik, aku panggil dia sayang. Tapi kalau aku lagi tidak baik, tidak akan lah aku memanggil, apalagi melihatnya haha. Semesta sudah menjagaku lama sekali, dia menggantikan mereka kalau ayah dan mama ku sedang dengan masalahnya. Ohiya, semesta itu laki laki baik, laki laki yang saya punya, siapa yang berani macam macam, langkahi dulu mayatku. Aku sering bicara seperti itu di depan teman temanku, ya maksudku s...

PERTAMA TANPA SEMESTA

Pagi pertama-ku  setelah pergi-ku tinggalkan kota yang penuh dengan kenangan aku dan Semesta.  Rasanya kota yang aku tempati sekarang ini sepi, kosong, dan tidak terurus. Aku rasa seperti sendiri, padahal aku sedang ditengah keramaian. Yang terang sudah jadi gelap. Yang terawat sudah jadi rusak. Yang tumbuh sudah patah. Yang ada sudah seperti tidak ada. Penampakan indah tentang suasana hati Shakila yang masih menginginkan untuk terus bersama Semesta. Semesta, sekarang kita terpisah jarak. Aku kehilangan sepasang lengan-mu, tempat aku sandarkan segala yang gigil juga dingin-nya angin. Tapi, meskipun kita terpisah jarak dan hanya angin yang menyatukan kita. Percayalah, kita berdua masih sama sama di payungi oleh langit biru yang sama dan juga dengan perasaan yang sama.  Dan terimakasih untuk setiap percakapan sederhana di setiap hari-nya, semoga langit semesta merestui untuk selamanya jadi milik kita. "Pagi shakila-nya semesta. Apa kabar-mu?" -semesta ...