Skip to main content

PERGI



Akhirnya ujian-ku sudah selesai setelah 3 hari berlangsung-nya. Ya, sekarang yang aku tunggu surat surat dari sekolah saja, setelah itu pergi.

"Kapan kamu pergi? Aku ingin mengantar-mu." -semesta ku dingin. Dia selalu seperti itu jika bertanya atau berbicara tentang pergi ku. Selalu dingin. Ku kira sedang berbicara dengan kutub es.
"Penghujung Februari semesta." -kataku tersenyum
"Kado terindah." -semesta
"Maksudmu?" -kataku
"Apa kau ingat, dulu hadir-mu dihidup saya saat Bulan Februari, dan sekarang pergi-mu juga di Bulan Februari. Kau indah sha, saya harus apa setelah pergi-mu? Datang-mu sudah mengubah hidup saya. Terus, apa pergi-mu juga akan mengubah hidup saya lagi? Ku-mohon, tetap disini sha. Bersama saya." -semesta sedih
"Semesta jangan sedih." -kataku

Semenjak ku beritahu perihal pergi-ku di penghujung Februari itu, semesta jadi sering mengunjungi rumah-ku. Alasannya, supaya tidak rindu kalo jauh nanti. Ada ada saja semesta ini, selalu buat aku senyum dengan cara-nya yang sederhana. 
Waktu berganti, dan hari pun juga ikut berganti, tidak terasa besok adalah pergi-ku. "Kau yakin akan meninggalkan aku?" -semesta sedih. Tuhan, kenapa harus seperti ini? Kalau aku boleh minta, aku juga masih ingin bersama semesta!
"Aku tidak akan pernah meninggalkan-mu semesta. Kecuali, kamu yang minta." -kataku
"Tetaplah singgah disini sha. Aku masih ingin bersama-mu. Ku-mohon." -semesta
"Aku juga." -kataku sambil pergi meninggalkan nya.
Semesta lari mengejar-ku, "sha, besok kan pergi-mu? Aku harus apa disaat kamu pergi? Rumah pohon ini siapa lagi yang menempati-nya kalau bukan aku dan kamu?" -semesta menjelaskan.
"Kau ini semesta. Aku pergi untuk melanjutkan sekolah, bukan selamanya. Urus saja sendiri dulu. Nanti kalau ada waktu libur aku pasti kesini, menemui kamu, menemui rumah pohon ini." -kataku menenangkan
"Berapa lama aku harus menunggu waktu libur itu sha? Sha, ku-mohon." -semesta memohon sekali lagi
"Semesta, aku balik memohon. Jangan-lah seperti ini, jangan memberatkan langkah-ku untuk pergi. Mari pulang semesta" -kataku
Setelah-nya, semesta langsung mengantar-ku pulang. Lagi dan lagi hanya suara angin, ku-pikir semesta pasti marah. Sesampai-nya dirumah, "mari semesta masuk dulu." -kataku
"Tidak, aku langsung pulang. Istirahat-lah, jaga kesehatan-mu. Salam-ku untuk orang dirumah-mu. Kau harus tau, aku mencintai-mu." -semesta sambil mengayunkan sepeda-nya pergi. Aku harus apa? Disatu sisi, harap-ku juga sebenarnya sama dengan harap si semesta. Tapi disisi lain, masa depan-ku mengharuskan aku pergi. Yasudahlah, tidak ada yang harus dipusing-kan lagi sebenernya, toh kedua orang tua-ku telah membelikan tiket-ku, ingin membatalkan-nya juga tidak enak.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sebuah Usaha untuk Melupakanku?

Saya sedang duduk sembari menyeruput secangkir kopi panas yang baru saja saya buat tadi.. Dan tatapan mata saya tertuju kearah kertas-kertas yang saya harapkan tidak pernah usang dimakan waktu, dimana kertas yang menjadi saksi atas terjadinya sebuah hubungan yang menurutmu 'sakral'. Saya berjalan menuju jendela dekat kamar saya, dengan segelas kopi panas ditangan kanan yang masih terisi setengahnya dan kertas-kertas ditangan kiri.  "Sebuah Usaha Untuk Melupakanku?" Aku menatap nanar keluar jendela. Melirik sepasang kucing yang kehujanan diluar sana.  Hujannya sangat deras. Petirnya amat sangat keras, terdengar sampai ke penjuru kamar saya. Mata saya kembali melirik kertas-kertas itu, sebuah tulisan yang sangat indah yang pernah kamu tuliskan untuk saya. Hari ini, untuk pertama kalinya saya tidak mendapatkan tulisan indah itu. Seketika saya berteriak, suara saya memenuhi seisi ruangan. Tangis saya memecah hujan diluar sana. Mungkin se...

CATATAN PERTAMA TENTANG SI SEMESTA

Aku seorang gadis si penyuka senja, ah tapi itu dulu dan setelah ku tau senja hanya indah diawal, aku jadi tak suka. Senja jahat menurut ku. Ntar di cerita selanjutnya saja akan ku ceritakan bagaimana jahatnya si senja!! :) Namaku Shakila, orang orang terdekatku biasa memanggil ku Kila. Tapi, cuma satu orang saja yang memanggilku dengan sebutan berbeda. Siapa lagi kalau bukan si Semesta, dia memanggilku Sha. Katanya sih itu panggilan sayang, supaya beda dari orang orang. Ada ada saja semesta -kataku. Semesta itu kekasihku. Aku tidak ada panggilan khusus untuk dia. Kalau lagi baik, aku panggil dia sayang. Tapi kalau aku lagi tidak baik, tidak akan lah aku memanggil, apalagi melihatnya haha. Semesta sudah menjagaku lama sekali, dia menggantikan mereka kalau ayah dan mama ku sedang dengan masalahnya. Ohiya, semesta itu laki laki baik, laki laki yang saya punya, siapa yang berani macam macam, langkahi dulu mayatku. Aku sering bicara seperti itu di depan teman temanku, ya maksudku s...

PERTAMA TANPA SEMESTA

Pagi pertama-ku  setelah pergi-ku tinggalkan kota yang penuh dengan kenangan aku dan Semesta.  Rasanya kota yang aku tempati sekarang ini sepi, kosong, dan tidak terurus. Aku rasa seperti sendiri, padahal aku sedang ditengah keramaian. Yang terang sudah jadi gelap. Yang terawat sudah jadi rusak. Yang tumbuh sudah patah. Yang ada sudah seperti tidak ada. Penampakan indah tentang suasana hati Shakila yang masih menginginkan untuk terus bersama Semesta. Semesta, sekarang kita terpisah jarak. Aku kehilangan sepasang lengan-mu, tempat aku sandarkan segala yang gigil juga dingin-nya angin. Tapi, meskipun kita terpisah jarak dan hanya angin yang menyatukan kita. Percayalah, kita berdua masih sama sama di payungi oleh langit biru yang sama dan juga dengan perasaan yang sama.  Dan terimakasih untuk setiap percakapan sederhana di setiap hari-nya, semoga langit semesta merestui untuk selamanya jadi milik kita. "Pagi shakila-nya semesta. Apa kabar-mu?" -semesta ...