"Kapan kamu pergi? Aku ingin mengantar-mu." -semesta ku dingin. Dia selalu seperti itu jika bertanya atau berbicara tentang pergi ku. Selalu dingin. Ku kira sedang berbicara dengan kutub es.
"Penghujung Februari semesta." -kataku tersenyum
"Kado terindah." -semesta
"Maksudmu?" -kataku
"Apa kau ingat, dulu hadir-mu dihidup saya saat Bulan Februari, dan sekarang pergi-mu juga di Bulan Februari. Kau indah sha, saya harus apa setelah pergi-mu? Datang-mu sudah mengubah hidup saya. Terus, apa pergi-mu juga akan mengubah hidup saya lagi? Ku-mohon, tetap disini sha. Bersama saya." -semesta sedih
"Semesta jangan sedih." -kataku
Semenjak ku beritahu perihal pergi-ku di penghujung Februari itu, semesta jadi sering mengunjungi rumah-ku. Alasannya, supaya tidak rindu kalo jauh nanti. Ada ada saja semesta ini, selalu buat aku senyum dengan cara-nya yang sederhana.
Waktu berganti, dan hari pun juga ikut berganti, tidak terasa besok adalah pergi-ku. "Kau yakin akan meninggalkan aku?" -semesta sedih. Tuhan, kenapa harus seperti ini? Kalau aku boleh minta, aku juga masih ingin bersama semesta!
"Aku tidak akan pernah meninggalkan-mu semesta. Kecuali, kamu yang minta." -kataku
"Tetaplah singgah disini sha. Aku masih ingin bersama-mu. Ku-mohon." -semesta
"Aku juga." -kataku sambil pergi meninggalkan nya.
Semesta lari mengejar-ku, "sha, besok kan pergi-mu? Aku harus apa disaat kamu pergi? Rumah pohon ini siapa lagi yang menempati-nya kalau bukan aku dan kamu?" -semesta menjelaskan.
"Kau ini semesta. Aku pergi untuk melanjutkan sekolah, bukan selamanya. Urus saja sendiri dulu. Nanti kalau ada waktu libur aku pasti kesini, menemui kamu, menemui rumah pohon ini." -kataku menenangkan
"Berapa lama aku harus menunggu waktu libur itu sha? Sha, ku-mohon." -semesta memohon sekali lagi
"Semesta, aku balik memohon. Jangan-lah seperti ini, jangan memberatkan langkah-ku untuk pergi. Mari pulang semesta" -kataku
Setelah-nya, semesta langsung mengantar-ku pulang. Lagi dan lagi hanya suara angin, ku-pikir semesta pasti marah. Sesampai-nya dirumah, "mari semesta masuk dulu." -kataku
"Tidak, aku langsung pulang. Istirahat-lah, jaga kesehatan-mu. Salam-ku untuk orang dirumah-mu. Kau harus tau, aku mencintai-mu." -semesta sambil mengayunkan sepeda-nya pergi. Aku harus apa? Disatu sisi, harap-ku juga sebenarnya sama dengan harap si semesta. Tapi disisi lain, masa depan-ku mengharuskan aku pergi. Yasudahlah, tidak ada yang harus dipusing-kan lagi sebenernya, toh kedua orang tua-ku telah membelikan tiket-ku, ingin membatalkan-nya juga tidak enak.
Waktu berganti, dan hari pun juga ikut berganti, tidak terasa besok adalah pergi-ku. "Kau yakin akan meninggalkan aku?" -semesta sedih. Tuhan, kenapa harus seperti ini? Kalau aku boleh minta, aku juga masih ingin bersama semesta!
"Aku tidak akan pernah meninggalkan-mu semesta. Kecuali, kamu yang minta." -kataku
"Tetaplah singgah disini sha. Aku masih ingin bersama-mu. Ku-mohon." -semesta
"Aku juga." -kataku sambil pergi meninggalkan nya.
Semesta lari mengejar-ku, "sha, besok kan pergi-mu? Aku harus apa disaat kamu pergi? Rumah pohon ini siapa lagi yang menempati-nya kalau bukan aku dan kamu?" -semesta menjelaskan.
"Kau ini semesta. Aku pergi untuk melanjutkan sekolah, bukan selamanya. Urus saja sendiri dulu. Nanti kalau ada waktu libur aku pasti kesini, menemui kamu, menemui rumah pohon ini." -kataku menenangkan
"Berapa lama aku harus menunggu waktu libur itu sha? Sha, ku-mohon." -semesta memohon sekali lagi
"Semesta, aku balik memohon. Jangan-lah seperti ini, jangan memberatkan langkah-ku untuk pergi. Mari pulang semesta" -kataku
Setelah-nya, semesta langsung mengantar-ku pulang. Lagi dan lagi hanya suara angin, ku-pikir semesta pasti marah. Sesampai-nya dirumah, "mari semesta masuk dulu." -kataku
"Tidak, aku langsung pulang. Istirahat-lah, jaga kesehatan-mu. Salam-ku untuk orang dirumah-mu. Kau harus tau, aku mencintai-mu." -semesta sambil mengayunkan sepeda-nya pergi. Aku harus apa? Disatu sisi, harap-ku juga sebenarnya sama dengan harap si semesta. Tapi disisi lain, masa depan-ku mengharuskan aku pergi. Yasudahlah, tidak ada yang harus dipusing-kan lagi sebenernya, toh kedua orang tua-ku telah membelikan tiket-ku, ingin membatalkan-nya juga tidak enak.
Mana lagiii
ReplyDeleteMana lagiii
ReplyDelete