Dingin-nya malam menusuk. Kemana semesta? Kenapa dia tidak juga menghubungi-ku?
"Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Cobalah beberapa saat lagi"
"Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Cobalah beberapa saat lagi"
"Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Cobalah beberapa saat lagi"
Sudah dua jam aku terus menghubungi semesta, tapi belum terdengar juga jawaban dari semesta.
>>Sms
"Ila, tadi aku lihat semesta dengan wanita lain. Mereka jalan jalan sore. Naik motor semesta" -prisani. Dia teman-ku, teman dari SMP. Biasa aku panggil Sani. Aku sangat menyayangi-nya. Jika ada waktu-ku, ku tulis tentang dia nanti.
"Yang benar saja sani? Jangan bercanda" -kataku tidak percaya
"Apa gunanya aku berbohong ke kamu? Kamu tanya saja orang orang. Banyak kok yang melihat mereka berdua" -prisani.
[Untuk menjaga privasi-nya "wanita" itu, maaf aku tidak menggunakan nama panggilan atau samaran, aku hanya tidak ingin kembali sakit dan kembali ingat lagi tentang masa lalu ku itu. Kekasih-ku yang direbut si wanita itu]
"Baiklah. Terimakasih sani. Jaga kesehatan-mu" -kataku langsung menutup telpon
Kukira candaan, ternyata benar. Semesta sudah ku hubungi dan semesta sudah mengakui-nya. Sepenuh-nya semesta tumpahkan kesalahan-nya ke aku. Dia bilang, karna aku dia begini. Padahal hanya masalah sedikit yang bisa diperbaiki, tapi buat dia seperti ini. Tidak adil. Seperti hal-nya maling kertas satu lembar, tapi dihukum penjara 5 bulan. Ya itu-lah perumpamaan yang tepat.
Waktu berlalu, hari juga ikut berlalu cepat, dan yang tidak aku tau sekarang sudah ku tau. Hubungan-nya dengan wanita itu ternyata sudah di jalin cukup lama, tapi setiap aku tanya si semesta cuma jawab tidak.
Sekarang yang bodoh sudah terlihat, tapi si bodoh tetap saja ingin di tempat itu, tetap saja ingin di hati itu, padahal sudah jelas semesta tidak ingin sha. Sekarang sha kehilngan semesta.
"Semesta, ada apa? Sudah cukup bermain dengan perasaan. Balik seperti dulu ya" -kataku bicara via telpon
"Sha, aku mencintai-mu" -semesta.
Bagaimana mungkin? Semesta masih dengan dia, tapi semesta juga ingin aku. Ada beberapa hal yang tidak pernah aku tau tentang perasaan. Contohnya perasaan semesta.
"Aku serius semesta. Kalaupun salah-ku, itu hanya masalah kecil dan bisa dibicarakan. Tidak perlu bermain dibelakang seperti ini" -kataku
"Aku hanya sedang menunggu-mu kembali sha. Setelah kamu disini, aku akan memutuskan-nya. Percayalah. Makanya cepat kamu datang kesini. Aku sangat merindukan-mu" -semesta
"Tapi tidak dengan ini caranya semesta. Laki laki kalau sudah nyaman dengan wanita lain, belum tentu dia akan ingat dengan rumah-nya, belum tentu dia akan pulang ke rumah-nya. Aku takut kamu nyaman semesta" -kataku
"Cepatlah pulang sha. Aku merindukan-mu, sangat. Jangan khawatir, aku selalu mencintai-mu" -semesta
Setelah itu pembicaraan terus berlanjut seperti biasanya.
Dan semenjak itu, di setiap hari-nya aku dan semesta selalu bertengkar, entah masalah kecil ataupun besar, kadang pembahasan kami ya tentang si wanita itu. Wanita perebut kekasih-ku.
"Semesta, kita akan terus bertengkar?" -kataku
"Maksud-mu sha?" -semesta
"Kau ingat dulu? Waktu itu, mantan-mu pernah merusak hubungan kita. Terus kamu marah marah tidak terima. Hahaha lucu sekali kamu dulu" -kataku mengingatkan semesta yang selalu menjaga hubungan-nya dengan-ku
"Sampai sekarang aku masih menjaga-nya sha" -semesta
"Bohong! Jangan bilang mencintai-ku, kalau pada akhirnya kamu juga masih dengan wanita lain. Bahkan kamu memuja-nya seperti benar benar dia kekasih-mu. Padahal yang kamu bilang hanya sebatas untuk menunggu-ku" -kataku. Sudahlah, mau ditahan sekuat apapun, yang jatuh tetap akan jatuh. Yang kuat tetap akan runtuh jika sudah waktu-nya.
Semesta, hari ini hujan turun sangat deras. Sudah kucoba untuk menahan-nya agar tidak turun. Tapi ternyata dia sekuat itu.
Sha mencintaimu selalu, semesta. -20:40 WITA-
"Yang benar saja sani? Jangan bercanda" -kataku tidak percaya
"Apa gunanya aku berbohong ke kamu? Kamu tanya saja orang orang. Banyak kok yang melihat mereka berdua" -prisani.
[Untuk menjaga privasi-nya "wanita" itu, maaf aku tidak menggunakan nama panggilan atau samaran, aku hanya tidak ingin kembali sakit dan kembali ingat lagi tentang masa lalu ku itu. Kekasih-ku yang direbut si wanita itu]
"Baiklah. Terimakasih sani. Jaga kesehatan-mu" -kataku langsung menutup telpon
Kukira candaan, ternyata benar. Semesta sudah ku hubungi dan semesta sudah mengakui-nya. Sepenuh-nya semesta tumpahkan kesalahan-nya ke aku. Dia bilang, karna aku dia begini. Padahal hanya masalah sedikit yang bisa diperbaiki, tapi buat dia seperti ini. Tidak adil. Seperti hal-nya maling kertas satu lembar, tapi dihukum penjara 5 bulan. Ya itu-lah perumpamaan yang tepat.
Waktu berlalu, hari juga ikut berlalu cepat, dan yang tidak aku tau sekarang sudah ku tau. Hubungan-nya dengan wanita itu ternyata sudah di jalin cukup lama, tapi setiap aku tanya si semesta cuma jawab tidak.
Sekarang yang bodoh sudah terlihat, tapi si bodoh tetap saja ingin di tempat itu, tetap saja ingin di hati itu, padahal sudah jelas semesta tidak ingin sha. Sekarang sha kehilngan semesta.
"Semesta, ada apa? Sudah cukup bermain dengan perasaan. Balik seperti dulu ya" -kataku bicara via telpon
"Sha, aku mencintai-mu" -semesta.
Bagaimana mungkin? Semesta masih dengan dia, tapi semesta juga ingin aku. Ada beberapa hal yang tidak pernah aku tau tentang perasaan. Contohnya perasaan semesta.
"Aku serius semesta. Kalaupun salah-ku, itu hanya masalah kecil dan bisa dibicarakan. Tidak perlu bermain dibelakang seperti ini" -kataku
"Aku hanya sedang menunggu-mu kembali sha. Setelah kamu disini, aku akan memutuskan-nya. Percayalah. Makanya cepat kamu datang kesini. Aku sangat merindukan-mu" -semesta
"Tapi tidak dengan ini caranya semesta. Laki laki kalau sudah nyaman dengan wanita lain, belum tentu dia akan ingat dengan rumah-nya, belum tentu dia akan pulang ke rumah-nya. Aku takut kamu nyaman semesta" -kataku
"Cepatlah pulang sha. Aku merindukan-mu, sangat. Jangan khawatir, aku selalu mencintai-mu" -semesta
Setelah itu pembicaraan terus berlanjut seperti biasanya.
Dan semenjak itu, di setiap hari-nya aku dan semesta selalu bertengkar, entah masalah kecil ataupun besar, kadang pembahasan kami ya tentang si wanita itu. Wanita perebut kekasih-ku.
"Semesta, kita akan terus bertengkar?" -kataku
"Maksud-mu sha?" -semesta
"Kau ingat dulu? Waktu itu, mantan-mu pernah merusak hubungan kita. Terus kamu marah marah tidak terima. Hahaha lucu sekali kamu dulu" -kataku mengingatkan semesta yang selalu menjaga hubungan-nya dengan-ku
"Sampai sekarang aku masih menjaga-nya sha" -semesta
"Bohong! Jangan bilang mencintai-ku, kalau pada akhirnya kamu juga masih dengan wanita lain. Bahkan kamu memuja-nya seperti benar benar dia kekasih-mu. Padahal yang kamu bilang hanya sebatas untuk menunggu-ku" -kataku. Sudahlah, mau ditahan sekuat apapun, yang jatuh tetap akan jatuh. Yang kuat tetap akan runtuh jika sudah waktu-nya.
Semesta, hari ini hujan turun sangat deras. Sudah kucoba untuk menahan-nya agar tidak turun. Tapi ternyata dia sekuat itu.
Sha mencintaimu selalu, semesta. -20:40 WITA-
Comments
Post a Comment