Pagi pertama-ku setelah pergi-ku tinggalkan kota yang penuh dengan kenangan aku dan Semesta. Rasanya kota yang aku tempati sekarang ini sepi, kosong, dan tidak terurus. Aku rasa seperti sendiri, padahal aku sedang ditengah keramaian.
Yang terang sudah jadi gelap. Yang terawat sudah jadi rusak. Yang tumbuh sudah patah. Yang ada sudah seperti tidak ada. Penampakan indah tentang suasana hati Shakila yang masih menginginkan untuk terus bersama Semesta.
Semesta, sekarang kita terpisah jarak. Aku kehilangan sepasang lengan-mu, tempat aku sandarkan segala yang gigil juga dingin-nya angin. Tapi, meskipun kita terpisah jarak dan hanya angin yang menyatukan kita. Percayalah, kita berdua masih sama sama di payungi oleh langit biru yang sama dan juga dengan perasaan yang sama.
Dan terimakasih untuk setiap percakapan sederhana di setiap hari-nya, semoga langit semesta merestui untuk selamanya jadi milik kita.
"Pagi shakila-nya semesta. Apa kabar-mu?" -semesta
"Hai semesta pemilik jagat raya. Kabar-ku baik. Bagaimana dengan kamu dan keluarga-mu disana?" -kataku antusias
"Semua baik baik saja sha. Aku merindukan-mu" -semesta sedih
"Aku juga semesta. Bersabarlah" -kataku menenangkan
"Sudahlah tidak apa. Jaga kesehatan-mu" -semesta
"Harusnya aku yang bicara seperti itu! Jangan merokok lagi. Kamu pikir aku tidak tau kalo kamu frustasi ditinggal aku sampai kamu merokok?" -kataku sekenanya
"Dasar peramal. Sudahlah jangan pikirkan. Aku hanya frustasi ditinggal wanita-ku. Sudah dulu ya. Aku telpon nanti lagi. Kututup ya" -semesta menenangkan
"Oke. Aku mencintaimu" -kataku menutup telpon tanpa menunggu jawaban dari semesta. Aku takut menangis. Aku sudah sangat merindukan semesta.
Aku sangat rindu saat kamu menyapaku di setiap pagi-nya, aku masih ingin melihat lengkungan di bibir manis-mu. Aku akan setia menunggu hingga saat kita bertemu.
Semesta-ku.. selalu ada mentari yang kembali ke peraduan dan digantikan senja yang indah. Seperti kita, selalu ada perpisahan yang akan digantikan pertemuan. Bersabarlah!
Comments
Post a Comment