Skip to main content

PERTAMA TANPA SEMESTA





Pagi pertama-ku setelah pergi-ku tinggalkan kota yang penuh dengan kenangan aku dan Semesta.  Rasanya kota yang aku tempati sekarang ini sepi, kosong, dan tidak terurus. Aku rasa seperti sendiri, padahal aku sedang ditengah keramaian.
Yang terang sudah jadi gelap. Yang terawat sudah jadi rusak. Yang tumbuh sudah patah. Yang ada sudah seperti tidak ada. Penampakan indah tentang suasana hati Shakila yang masih menginginkan untuk terus bersama Semesta.

Semesta, sekarang kita terpisah jarak. Aku kehilangan sepasang lengan-mu, tempat aku sandarkan segala yang gigil juga dingin-nya angin. Tapi, meskipun kita terpisah jarak dan hanya angin yang menyatukan kita. Percayalah, kita berdua masih sama sama di payungi oleh langit biru yang sama dan juga dengan perasaan yang sama. 
Dan terimakasih untuk setiap percakapan sederhana di setiap hari-nya, semoga langit semesta merestui untuk selamanya jadi milik kita.

"Pagi shakila-nya semesta. Apa kabar-mu?" -semesta
"Hai semesta pemilik jagat raya. Kabar-ku baik. Bagaimana dengan kamu dan keluarga-mu disana?" -kataku antusias
"Semua baik baik saja sha. Aku merindukan-mu" -semesta sedih
"Aku juga semesta. Bersabarlah" -kataku menenangkan
"Sudahlah tidak apa. Jaga kesehatan-mu" -semesta
"Harusnya aku yang bicara seperti itu! Jangan merokok lagi. Kamu pikir aku tidak tau kalo kamu frustasi ditinggal aku sampai kamu merokok?" -kataku sekenanya
"Dasar peramal. Sudahlah jangan pikirkan. Aku hanya frustasi ditinggal wanita-ku. Sudah dulu ya. Aku telpon nanti lagi. Kututup ya" -semesta menenangkan
"Oke. Aku mencintaimu" -kataku menutup telpon tanpa menunggu jawaban dari semesta. Aku takut menangis. Aku sudah sangat merindukan semesta.

Aku sangat rindu saat kamu menyapaku di setiap pagi-nya, aku masih ingin melihat lengkungan di bibir manis-mu. Aku akan setia menunggu hingga saat kita bertemu.
Semesta-ku.. selalu ada mentari yang kembali ke peraduan dan digantikan senja yang indah. Seperti kita, selalu ada perpisahan yang akan digantikan pertemuan. Bersabarlah!

Comments

Popular posts from this blog

SEMESTA DI PENGHUJUNG TAHUN

Dibuat pada tanggal: 29 Desember 2018 Selesai pada tanggal: 31 Desember 2018, 16:43 WIB *** Teruntuk kamu, Semesta yang sampai saat ini masih indah terlihat disepasang iris mata Shakila.. Teruntuk kamu, Semesta yang sampai saat ini masih menjadi objek dalam segala tulisanku.. Teruntuk kamu, Semesta si Pemilik Jagat Raya.. Selamat pagi hati, apa kabar? Semoga selalu hangat seperti hidangan kopi dikala rintik hujan turun. Dan smoga; bahagiamu tidak sesaat. -- Tidak ada yang istimewa dari sebuah Perpisahan, yang Shakila tau perpisahan itu adalah Shakila&Semesta semakin jauh, dan itu Nyata. Pagi ke pagi, tidak ada kegiatan yang cukup serius menurutku. Setiap hariku cuma seputaran bangun, makan, menulis, main hp sampe ketiduran, bangun, dan makan lagi.  Begitu terus sampai aku bertemu langsung sama Jefri Nichol terus foto bareng .  Ketidak ikutsertaan Semesta di kisahku, jadi mengurangi satu list kegiatan setiap harinya. Jadi suram.  ( Biasanya saat ber

PATAH?

Ini bukan cerita bersambung seperti kemarin. Ini cerita yang mengandung banyak makna bagi kehidupan ku, tapi tidak kehidupan mu. HAHA! ---- 26 Juni 20xx. Hari itu, hari dimana bertambahnya umur saya. Saya berharap mulai hari itu saya bisa menjadi lebih baik dari hari dan tahun tahun sebelumnya, Aamiin. "Kenapa dia tidak menghubungiku? Padahal sekarang jam 12 malam dan sudah tanggal 26" -kataku dalam hati - drrt..drrrt..drrt..- "Halo?" -kataku "Iya.." -katanya menjawab. Lah? Ada apa ini? Dia tidak merasa bersalah sama sekali? Padahal dia belum mengucapkan apa apa pada saya. Ah tapi yasudahlah, mungkin dia mau buat kejutan untuk saya, saya pura pura tidak tau saja. Jam demi jam sudah berlalu, pagi sudah menyapa dan sampai saat ini juga tidak ada tanda tanda dia memberi ucapan untukku. - 16:00 WITA- Drrttt..drttt..drrtt "Halo?" -kataku "Iya?" -katanya "Kamu tidak memberi ucapan untuk aku? Atau kejutan? Beri aku kejutan d

Sebuah Usaha untuk Melupakanku?

Saya sedang duduk sembari menyeruput secangkir kopi panas yang baru saja saya buat tadi.. Dan tatapan mata saya tertuju kearah kertas-kertas yang saya harapkan tidak pernah usang dimakan waktu, dimana kertas yang menjadi saksi atas terjadinya sebuah hubungan yang menurutmu 'sakral'. Saya berjalan menuju jendela dekat kamar saya, dengan segelas kopi panas ditangan kanan yang masih terisi setengahnya dan kertas-kertas ditangan kiri.  "Sebuah Usaha Untuk Melupakanku?" Aku menatap nanar keluar jendela. Melirik sepasang kucing yang kehujanan diluar sana.  Hujannya sangat deras. Petirnya amat sangat keras, terdengar sampai ke penjuru kamar saya. Mata saya kembali melirik kertas-kertas itu, sebuah tulisan yang sangat indah yang pernah kamu tuliskan untuk saya. Hari ini, untuk pertama kalinya saya tidak mendapatkan tulisan indah itu. Seketika saya berteriak, suara saya memenuhi seisi ruangan. Tangis saya memecah hujan diluar sana. Mungkin se